5 Novemba 2025 - 14:44
Source: Parstoday
Mencermati Strategi Iran dalam Perang Koridor

Sebuah media Lebanon, dengan mengacu pada perang koridor, menyoroti posisi geografis khusus Iran dan menulis bahwa strategi Tehran serta kesepakatannya dengan Tiongkok dan Rusia, bersamaan dengan letak geografis Iran, memiliki arti penting.

Menurut laporan hari Rabu (05/11/2025) dariIRNA , surat kabar Lebanon Al-Akhbar dalam sebuah laporannya menulis, "Jika Perang Koridor merupakan arena penting bagi perebutan pengaruh dalam menentukan peta perdagangan dan kekuasaan di kawasan Eurasia dan Timur Tengah, maka Iran, karena posisi geografisnya yang unik, yang menghubungkan tiga benua, yakni Asia, Eropa, dan Afrika, melihat dirinya berada di jantung persaingan ini dengan potensi geoekonomi yang besar, meskipun negara itu dikelilingi oleh berbagai ancaman geopolitik."

Iran merupakan titik pertemuan alami antara utara dan selatan, timur dan barat, dengan akses langsung ke Teluk Persia, Laut Oman, dan Samudra Hindia di selatan, serta Laut Kaspia dan Kaukasus di utara, yang memungkinkannya untuk menjadi pusat transit strategis yang vital.

Dalam hal ini, Koridor Utara–Selatan, yang menghubungkan Pelabuhan Mumbai di India melalui Iran menuju Rusia dan Eropa, memiliki arti penting karena jalur ini lebih pendek dan lebih ekonomis dibandingkan Terusan Suez, dengan efisiensi waktu transportasi hingga 40 persen lebih cepat.

Koridor ini merupakan urat nadi penting untuk mematahkan isolasi ekonomi yang diberlakukan terhadap Tehran serta memperkuat hubungan strategisnya dengan Moskow dan New Delhi.

Republik Islam Iran saat ini berupaya menyelesaikan pembangunan jalur kereta api Rasht–Astara, yang dianggap sebagai kunci pengoperasian koridor ini.

Selain Koridor Utara–Selatan, terdapat pula Koridor Timur–Barat, yang menjadi bagian utama dari inisiatif “Sabuk dan Jalan” milik Tiongkok, yang menghubungkan negara itu dengan Turki dan Eropa.

Urgensi jalur ini meningkat sejak pecahnya perang di Ukraina, yang telah mengganggu rute utara melalui Rusia.

Namun, kekhawatiran terbesar Iran adalah munculnya proyek-proyek regional dan internasional yang secara terang-terangan bertujuan menetralkan posisi geografisnya serta menciptakan rute alternatif di luar pengaruh Iran.

Dalam konteks ini, Koridor India–Timur Tengah–Eropa (IMEC), yang didukung oleh Amerika Serikat, dianggap sebagai ancaman strategis langsung terhadap Iran, karena bertujuan mengisolasi posisi geopolitiknya dengan membangun poros perdagangan yang menghubungkan India dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan rezim pendudukan (Israel), lalu ke Eropa.

Selain itu, terdapat pula upaya untuk menciptakan jalur saingan terhadap proyek kereta api Rasht–Astara dan Terusan Suez, yang digagas sebagai alternatif Barat bagi inisiatif Cina dan Rusia–Iran, yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada Selat Hormuz sekaligus menjamin keamanan energi regional.

Di samping koridor-koridor tersebut, terdapat pula Koridor Zangezur di kawasan Kaukasus, yang dianggap sebagai garis merah bagi Iran. Karena Azerbaijan dan Turki berusaha memanfaatkan koridor ini untuk menghubungkan wilayah yang dikuasai Baku dengan bagian selatan Armenia, langkah yang akan memutuskan hubungan darat langsung antara Iran dan Armenia.

Hal itu secara efektif akan menghapus perbatasan historis antara kedua negara dan menghalangi akses darat Iran menuju Eropa dan Laut Hitam. Selain itu, koridor ini akan memungkinkan Turki untuk menjalin hubungan langsung dengan negara-negara berbahasa Turki di Asia Tengah, yang pada gilirannya mengancam kepentingan geopolitik Iran di kawasan Kaukasus.

Langkah tersebut, selain merupakan ancaman keamanan langsung terhadap Republik Islam Iran, juga akan membuka jalan bagi infiltrasi militer dan keamanan Amerika–Israel di perbatasan utara Iran.

Apa Strategi Iran?

Dalam upayanya menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Iran mengadopsi strategi multifaset, yang sebagian didasarkan pada percepatan proyek-proyek investasi bersama dengan Rusia dan India di bidang infrastruktur utama, termasuk proyek jalur kereta api Rasht–Astara, yang akan mengaktifkan sepenuhnya jalur barat “Koridor Timur–Barat”.

Pelabuhan Chabahar, yang terletak di tenggara Iran, akan menjadi gerbang India menuju Asia Tengah, sementara Koridor Aras, yang melintasi wilayah Iran untuk menghubungkan Azerbaijan dengan Nakhchivan, dirancang untuk memenuhi kebutuhan Baku sekaligus mempertahankan perbatasan Iran dengan Armenia dan menjamin kelangsungan peran Iran sebagai negara transit regional.

Selain itu, Iran juga berfokus pada penguatan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara tetangga, seperti Armenia dan Irak, guna menjamin kepentingannya dalam proyek-proyek strategis seperti “Jalan Pembangunan Irak”, serta memanfaatkan keanggotaannya dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) dan BRICS untuk meningkatkan pengaruhnya di blok timur.

Lebih jauh lagi, strategi Iran mencakup penggunaan alat tekanan keamanan, terutama di Selat Hormuz dan Laut Merah melalui sekutunya, untuk mengingatkan kekuatan Barat bahwa upaya mengganggu koridor perdagangan tradisional akan membawa konsekuensi ekonomi yang berat bagi dunia.

Urgensi Perjanjian Strategis dengan Tiongkok dan Rusia

Surat kabar Al-Akhbar dalam laporannya menambahkan bahwa di tengah ancaman geopolitik yang timbul akibat koridor-koridor yang digagas oleh Barat, perjanjian bilateral antara Iran dengan Tiongkok dan Rusia memainkan peran krusial dalam memperkuat posisi Tehran dalam “Perang Koridor”, karena memberikan kedalaman strategis bagi Iran dalam menghadapi sanksi Barat.

Perjanjian terbaru antara Iran dan Rusia untuk pembiayaan dan pembangunan jalur kereta api Rasht–Astara merupakan puncak dari upaya mengaktifkan koridor ini.

Pentingnya Rusia tidak hanya karena negara itu merupakan mitra utama di bagian utara koridor ini, tetapi juga karena menunjukkan kekuatan pendorong yang dibutuhkan Iran untuk mempercepat pelaksanaan proyek-proyek kompleks tersebut.

Kesepakatan ini membantu menjadikan Koridor Utara–Selatan bukan sekadar konsep di atas kertas, melainkan jalur transit kompetitif yang didukung bersama oleh Iran dan Rusia sebagai tandingan dominasi Barat.

Adapun dalam kerja sama dengan Tiongkok, meskipun Beijing belum berkomitmen pada investasi besar dan segera dalam proyek koridor, “Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif” antara kedua negara menyediakan kerangka kerja luas bagi kolaborasi di bidang infrastruktur, energi, dan teknologi.

Kerja sama ini menjadikan Tiongkok mitra dagang besar bagi Iran, yang berfungsi mengurangi dampak upaya Barat untuk mengisolasi Iran.

Dukungan Tiongkok juga meningkatkan bobot politik posisi Iran dalam menolak proyek-proyek seperti Koridor Zangezur, dan memungkinkan Tehran memperoleh teknologi serta sumber daya keuangan yang dibutuhkan untuk memodernisasi pelabuhan dan jaringan logistiknya.(sl)

Your Comment

You are replying to: .
captcha