5 Novemba 2025 - 14:44
Source: Parstoday
53 Hari Penantian untuk Sebuah Tanda

Ia seakan tahu akan menjadi syahid, bahkan di hari-hari sebelum serangan terjadi. Dirinya sudah berusaha menyiapkan hati ibunya untuk menerima kemungkinan itu.

Syahid Beniyamin Rezvani, pemuda berusia 27 tahun yang baru empat bulan bekerja di sebuah institusi militer, gugur pada malam Sabtu, 24 Khordad (13 Juni), akibat serangan rudal Israel terhadap tempat tugasnya.

Menurut laporan Pars Today yang mengutip Hamshahri Online, Hassan Rezvani, ayah sang syahid, menceritakan detik-detik sejak malam serangan hingga kabar kesyahidan putranya:

“Saat terdengar suara ledakan, saya langsung khawatir karena malam itu Beniyamin sedang bertugas. Biasanya, kalau dia bekerja, saya hanya mengiriminya pesan. Segera saya menulis: ‘Ben, kamu di tempat kerja? Bisa menelepon?’ Jam 5:30 pagi dia membalas: ‘Ayah, sudah bangun?’ Saya menelepon, mendengar suaranya, dan merasa tenang. Kami berdua pulang ke rumah pagi itu. Keesokan harinya, hari Sabtu bertepatan dengan Idul Ghadir, ia kembali bertugas. Tidak seperti biasanya, ia sarapan dengan lahap bersama ibunya. Saat berangkat, ia membangunkan saya dan berpamitan dengan hangat seperti biasa.”

53 Hari Menunggu Sebuah TandaDengan suara bergetar, sang ayah melanjutkan:

“Sebelum pergi, tiga kali ia naik kembali ke tangga dan berkata, ‘Ibu, aku hanya khawatir tentang kalian.’ Malam tanggal 24 Khordad, pukul 11:40 malam, ia menelepon ibunya dan berkata akan pulang pagi. Berdasarkan keterangan rekan-rekannya, tepat lima menit setelah panggilan itu, tempat kerjanya diserang dan ia gugur sebagai syahid.”

Pagi hari Minggu, 25 Khordad, sang ibu sudah menunggu telepon sejak pukul 6 pagi. Namun hingga lewat pukul 8, tak ada kabar. Ia mulai gelisah; telepon Beniyamin tak dapat dihubungi. Sang ayah bergegas mencari informasi dari teman-temannya, namun tak seorang pun tahu.

“Sekitar pukul empat sore, saya baru tahu bahwa akibat serangan itu, Beniyamin tertimbun di lantai bawah tanah gedung,” ujar sang ayah dengan napas terputus. Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan air mata:“Senin pagi, saya sendiri pergi ke lokasi dan melihat kondisi bangunan yang hancur. Saat itulah saya yakin Beniyamin telah syahid dan takkan kembali lagi. Bangunan itu rusak berat, dan karena ancaman serangan ulang, jenazah belum bisa dievakuasi. Dugaan itu benar — tempat itu diserang lagi. Waktu berjalan lama, dan akhirnya, setelah 53 hari penantian, hanya sepotong lengan dari tubuh Beniyamin yang ditemukan dan dimakamkan.”

Kisah Beniyamin Rezvani bukan hanya cerita tentang kehilangan, tetapi tentang pengorbanan, keteguhan, dan cinta tanpa batas seorang anak kepada keluarganya dan tanah airnya.(PH)

Your Comment

You are replying to: .
captcha